
Bank Jago memasuki industri perbankan Indonesia sejak tanggal 14 Desember 1992. Pada bulan Desember 2019, Bank diakuisisi oleh Pemegang Saham Pengendali baru yang ingin menjadikan Perseroan sebagai platform untuk bank berbasis Teknologi (Tech-based Bank).
Fokus Bank Jago yaitu ke segmen menengah dan bawah (middle & mass market) dengan melayani nasabah UKM (SME) dan Ritel (Consumer) secara konvensional maupun syariah dengan bekerja sama dengan pelaku ekosistem digital (digital ecosystem players).
Bank Jago mempunyai visi menjadi salah satu bank terkuat di Indonesia, siap untuk perekonomian digital yang memenuhi kebutuhan nasabah menengah dan mass market, tertanam dalam suatu ekosistem, dan menggunakan teknologi.
BACA JUGA: Analisis Fundamental dan Prospek Saham Bank Jago
Perseroan mempunyai misi meningkatkan kesempatan tumbuh berjuta insan melalui solusi finansial digital yang berfokus pada kehidupan.
Bank Jago memiliki 7 jaringan kantor yang berlokasi di Jakarta, Bandung dan Tangerang dengan menyediakan produk simpanan dana nasabah dan penyaluran kredit yang dilakukan secara konvensional.
Perusahaan menyediakan berbagai produk dan jasa layanan perbankan yaitu pinjaman, simpanan dan jasa kiriman uang, dan safe deposit box. Dan juga memiliki fasilitas ATM sebanyak 5 unit yang terkoneksi dengan jaringan ATM Bersama dan ALTO.
Kegiatan Usaha Bank Jago
Bank Jago menyediakan beragam produk dan jasa layanan perbankan yang secara umum dapat dikelompokkan menjadi kegiatan penghimpunan dan penyaluran dana, serta jasa lainnya yang mendukung aktifitas pelayanan perbankan.
Perseroan, hingga Januari 2021, memiliki satu kantor pusat, dua kantor cabang, tiga kantor cabang pembantu, satu kantor kas dan satu payment point serta lima ATM yang tergabung dengan jaringan ATM Bersama dan ALTO.
Risiko Usaha Bank Jago
Dalam menjalankan kegiatan usahanya, PT Bank Jago Tbk tidak terlepas dari berbagai macam risiko usaha. Ruang lingkup usaha Perseroan sebagai bank diantaranya meliputi kegiatan penghimpunan dana masyarakat dan pemberian produk dan jasa-jasa perbankan lainnya termasuk pemberian kredit.
Pelaksanaan kegiatan-kegiatan tersebut dapat mengakibatkan timbulnya dampak negatif bagi kelangsungan usaha Bank Jago.
Berikut ini kami paparkan risiko-risiko material bagi perusahaan Bank Jago yang diperkirakan bisa memengaruhi kinerja Bank Jago secara umum:
Risiko Kredit
Risiko kredit pada Bank Jago termasuk risiko utama yang mempunyai pengaruh signifikan terhadap kelangsungan usaha. Sesuai dengan usaha yang dijalankan Perseroan, terdapat potensi risiko kredit yang timbul dari berbagai aktivitas fungsional bank.
Misalnya perkreditan, penempatan, investasi, serta trade finance. Risiko kredit yang utama adalah munculnya kredit bermasalah akibat ketidakmampuan debitur dalam memenuhi kewajibannya kepada bank sesuai perjanjian.
Apabila jumlah kredit yang tidak dapat dikembalikan cukup material, termasuk eksekusi terhadap jaminan kredit yang bersangkutan (jika ada), maka kredit tersebut menjadi kredit bermasalah dan mempengaruhi tingkat NPL kredit yang akhirnya akan mempengaruhi likuiditas dan kondisi keuangan Perseroan.
Risiko Lain
Maksud risiko lain di sini adalah risiko usaha yang bersifat material baik secara langsung maupun tidak langsung yang dapat memengaruhi hasil usaha dan kondisi keuangan perseroan.
Antara lain adalah Risiko Pasar Terkait Perubahan Suku Bunga Dan Nilai Tukar, Risiko Likuiditas, Risiko Operasional, Risiko Teknologi Informasi, Risiko Kepatuhan, Risiko Hukum, Risiko Reputasi, Risiko Stratejik, Risiko Terhadap Perubahan Kondisi Ekonomi Makro, Risiko Persaingan.
Faktor yang Pengaruhi Kondisi Keuangan dan Kinerja
Pertumbuhan Ekonomi
Menjelang akhir November 2020, kasus positif pandemi virus corona (Covid-19) di Indonesia yang merebak sejak bulan Februari 2020 telah mendekati hampir 500.000 kasus terkonfirmasi dengan tingkat mortalitas sebesar 3,2% yang masih relatif lebih tinggi daripada rata-rata tingkat mortalitas global berdasarkan data WHO yang sebesar 2,4%.
Pandemi yang ditanggapi dengan melakukan Pembatasan Sosial Skala Besar (PSBB) secara selektif menyebabkan laju pertumbuhan ekonomi Indonesia mengalami perlambatan ke sebesar -5,32% (yoy) pada akhir triwulan II 2020 dan menjadi lebih baik ke -3,49% (yoy) pada akhir triwulan II 2020 dibandingkan pertumbuhan sebesar 5,02% (yoy) pra Covid-19 pada akhir tahun 2019.
Dengan pertumbuhan negatif selama dua triwulan secara berturut-turut tersebut, maka ekonomi Indonesia telah memasuki masa resesi. Pemerintah memperkirakan pertumbuhan ekonomi dapat kembali meningkat ke kisaran -1,7% hingga -0,6%% (yoy) pada akhir tahun 2020.
Pertumbuhan ekonomi di tahun 2021 diperkirakan akan membaik karena pandemi akan dapat secara bertahap diatasi dengan adanya vaksin Covid-19 sudah dapat digunakan bagi masyarakat luas secara bertahap.
Pemerintah memperkirakan ekonomi Indonesia tumbuh dalam rentang 4,5% hingga 5,5% pada 2021 yang ditopang oleh peningkatan konsumsi domestik dan investasi.
Inflasi
Tingkat inflasi per akhir November 2020 terus terjaga rendah sebesar 1,59% (yoy) atau 1,23% (ytd) yang menunjukkan daya beli masyarakat terutama yang berpenghasilan rendah masih belum pulih, sementara yang berpenghasilan menengah ke atas menahan konsumsi karena terbatasnya kegiatan sosial.
Bank Indonesia memprakirakan inflasi 2020 lebih rendah dari batas bawah target inflasi yaitu 2% dan akan kembali ke sasarannya sebesar 3,0% ± 1% pada 2021.
Suku Bunga Acuan (BI Rate)
Menanggapi perlambatan ekonomi yang semula disebabkan karena penurunan volume perdagangan yang kemudian diperparah oleh wabah Covid-19, sejalan dengan kebijakan the Fed yang tetap menjaga suku bunga Fed Rate rendah menjadi 0% sejak bulan Maret,
dan tingkat inflasi yang realisasinya lebih rendah daripada batas bawah target inflasi, Bank Indonesia juga terus melanjutkan kebijakan melonggarkan kebijakan moneter dengan menurunkan kembali suku bunga acuan BI 7-day Reverse Repo Rate (BI 7-day RR Rate) di bulan November 2020 untuk kali kelima sehingga turun menjadi 3,75% dari sebesar 5,0% per Desember 2019.
Diperkirakan kebijakan moneter quantitative easing ini masih akan berlanjut dalam beberapa tahun ke depan, dengan demikian suku bunga acuan tidak akan banyak bergerak.
Strategi Usaha
Untuk membangun bank digital dan mencapai target pertumbuhan dan kinerja keuangan pada tahun 2021 dengan mempertimbangkan pandemi Covid-19 berpotensi masih berlanjut hingga tahun 2021 sementara proses vaksinasi dilakukan, manajemen Perseroan mencanangkan 5 (empat) strategi utama, yaitu:
Membangun platform digital banking untuk UMKM dan Syariah
Perseroan telah mendapat persetujuan OJK untuk meluncurkan layanan aplikasi Life Finance Solution (LFS) Jago yang ditujukan kepada nasabah Consumer pada bulan Oktober 2020 dan siap untuk diluncurkan kepada publik pada bulan Desember 2020.
Selaras dengan visi Perseroan, sebagai Tech-based Bank yang siap melayani segmen-segmen pasar Usaha Kecil dan Menengah (UKM atau SME), Ritel (Consumer) termasuk Mass Market di Indonesia baik secara konvesional maupun berbasis Syariah,
maka pada tahun 2021 Perseroan akan membangun platform digital bankinguntuk UMKM dan Syariah dengan meluncurkan aplikasi Business Finance Solution (BFS) Jago dan aplikasi LFS Syariah.
Layanan BFS akan fokus pada pengembangan solusi yang dapat membantu nasabah dalam mengelola bisnisnya secara keseluruhan dan terintegrasi (one stop solution).
Untuk dapat memenuhi kebutuhan nasabah secara optimal, selain memberikan solusi layanan finansial yang terbaik, Perseroan juga berupaya untuk memberikan solusi layanan nonfinansial yang bersifat one stop solution melalui kerja sama dengan pihak ketiga penyedia layanan.
Perseroan telah menyusun arsitektur kebijakan dan prosedur yang merupakan tatanan yang menggambarkan hirarki dan pengelompokan kebijakan dan prosedur.
Arsitektur tersebut mendukung penerapan tata kelola perusahaan secara konsisten dan dipublikasi dalam portal internal sebagai pedoman dalam menyusun prosedur dan kebijakan tertulis yang berkaitan dengan seluruh aktivitas Perseroan.
Mengembangkan produk dan layanan digital banking untuk Consumer
Sebagai kelanjutan implementasi dari visi untuk membangun digital banking untuk melayani segmen pasar menengah (UKM dan Konsumer) dan Mass Market, Bank akan terus mengembangkan layanan Life Finance Solution (LFS) Jago dengan memprioritaskan fokus pengembangan kepada solusi yang dapat membantu nasabah Consumer dalam kehidupannya secara keseluruhan.
Untuk dapat memenuhi kebutuhan nasabah secara optimal, selain dari memberikan solusi layanan finansial yang terbaik, Perseroan juga berupaya untuk memberikan pengalaman beraktivitas yang lebih efisien melalui kerja sama dengan ekosistem digital.
Fitur aplikasi LFS akan terus ditingkatkan dan diselaraskan perubahan kebutuhan nasabah. Fitur-fitur baru yang akan dikembangkan antara lain adalah:
- Manajemen Keuangan Pribadi atau PFM (Personal Finance Management) dengan memberikan kemudahan melakukan analisa pengeluaran, penganggaran dan perencanaan;
- Kredit konsumer bekerja sama dengan mitra ekosistem dan pemberian overdraft bagi nasbah yang memenuhi kriteria;
- Menerbitkan kartu debit GPN dan meluncurkan layanan kartu kredit;
- Menyediakan opsi bagi nasabah untuk menyimpan dana dalam rekening valuta asing.
Meningkatkan status menjadi Bank Devisa
Hal itu bertujuan untuk memberi layanan valuta asing bagi nasabah Consumer dan UMKM. Pada tahun 2021, Perseroan akan mengajukan perubahan status menjadi Bank Devisa,
untuk dapat memberikan pelayanan transaksi valuta asing, di dalam segmen yang menjadi fokus yaitu UKM dan Konsumer, sehingga konsep dasar customer centricity yang menjadi kunci dalam pengembangan digital bank dapat dipenuhi.
Layanan valuta asing akan memenuhi beberapa kebutuhan nasabah Konsumer seperti:
- Mengirim uang antar negara, seperti dari tenaga kerja di luar negeri maupun kepada mahasiswa yang belajar di luar negeri.
- Memiliki rekening tabungan dalam mata uang asing, termasuk yang dihubungkan dengan kartu debit agar transaksi dapat dilakukan dalam mata uang asing tanpa dikenakan perbedaan kurs jual beli.
- Deposito Berjangka dalam mata uang asing.
Sementara untuk nasabah bisnis, selain membantu layanan transfer masuk dan keluar mata uang asing untuk kegiatan ekspor/impor nasabah UKM/SME, Bank Jago dapat juga menyediakan fasilitas trade finance sesuai kebutuhan nasabah.
Melakukan penyertaan (minoritas) pada beberapa mitra strategis
Perseroan berencana untuk melaksanakan beberapa penyertaan modal di pemain ekosistem digital (khusus untuk bidang usaha yang diperkenankan sesuai dengan UU Perbankan dan ketentuan POJK terkait penyertaan modal).
Sebagai bagian dari model bisnis digital, maka kolaborasi yang dilaksanakan dalam bentuk equity participation akan menjamin adanya kerjasama/kolaborasi yang lebih sustainable,
karena dengan demikian kedua pihak akan berkembang bersama dari nilai ekuitas sehingga tidak hanya sekedar mendapatkan manfaat dalam bentuk fee saja.
Membangun dan mengimplementasikan tata kelola yang baik
Dari sisi kepatuhan dan tata kelola, akan dilakukan berbagai inisiatif untuk meningkatkan rating GCG menjadi sekurang kurangnya menjadi 2 (dua) melalui berbagai rencana, termasuk diantaranya:
- Menerapkan prinsip-prinsip tata kelola di seluruh tingkatan dan jenjang organisasi sesuai dengan ketentuan dan best practice yang berlaku, termasuk memastikan kecukupan dan pengkinian kebijakan tata kelola yang terstruktur termasuk diantaranya penerapan budaya kepatuhan dan sistem pengendalian internal.
- Menerapkan pengelolaan risiko kepatuhan sebagai bagian utama dari penerapan budaya kepatuhan, termasuk di antaranya memastikan kecukupan kebijakan dan prosedur Kepatuhan dan APU/PPT.
Sumber: Bank Jago
[]