
Dalam artikel ini, kami paparkan tentang kinerja 7 saham pilihan Ustadz Yusuf Mansur. Tokoh agama Ustadz Yusuf Mansur (UYM) belakangan ini sering menjadi acuan bagi masyarakat yang ingin investasi saham.
Beberapa kali UYM tercatat memberikan rekomendasi beberapa saham pilihannya lewat media sosial instagram.
Kali ini tim vinansia akan coba mengulas bagaimana kinerja saham-saham yang pernah direkomendasikan oleh UYM.
1. Bank BRI Syariah Tbk (BRIS)
Pergerakan saham BRIS awalnya hanya biasa biasa saja. Pada waktu IPO di tahun 2018, saham BRIS diperdagangkan di level Rp 510 per saham.
Sahamnya tidak pernah menyentuh level Rp 1.000. Kemudian mulai akhir tahun lalu, saat ada informasi merger bank syariah, harga saham BRIS mengalami kenaikan yang sangat signifikan. Bahkan pada 14 Januari 2021 pernah menyentuh di angka Rp 3.760 per saham.
UYM sendiri dikabarkan telah memegang saham BRIS sejak IPO di tahun 2018. Melihat saham yang dia pegang mengalami kenaikan, pada November tahun lalu, UYM mengatakan kalau dirinya telah menjual sebagian saham BRIS dan mendapatkan keuntungan hingga tiga kali lipat.
Saat menjual saham BRIS, UYM tidak menjelaskan berapa jumlah saham yang dia jual dan saham yang masih dia pegang. Anggap saja, kalau UYM masih memegang saham BRIS, keuntunganya kini jauh berkali kali lipat. Karena pada perdagangan kemarin saham BRIS diperdagangkan di harga Rp 2.220 per saham.
Bagaimana dengan masyarakat yang mengikuti anjuran UYM? Apakah mereka untung atau malah rugi? Itu tergantung.
Kalau para pengikutnya masuk di harga waktu IPO, para pengikut UYM tentu masih mendapatkan keuntungan yang sangat besar. Tapi kalau masuknya di minggu kedua Januari 2021 tentu mendapatkan kerugian yang cukup lumayan.
Karena di tanggal tersebut harga BRIS diperdagangkan di atas Rp 3.000 per saham. Sedangkan saat ini di harga Rp 2.200 per saham.
Nah, kira kira bagaimana pergerakannya ke depan? Kami melihat prospek saham BRIS sudah tidak menarik. Dan kemungkinan masih akan mengalami penurunan. Karena dari awal kenaikan harga saham BRIS ini tidak ditopang oleh kinerja bisnisnya.
Kondisi harganya juga masih sangat terlewat mahal di mana dengan harga Rp 2.220 per saham itu PER nya di angka 104.59 kali dengan P/BV 4,77 kali.
Padahal beberapa bank besar yang bagus misalnya PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) itu PER nya hanya 30.61 kali dengan P/BV 2,89 kali.
2. PT Kimia Farma Tbk (KAEF)
Pada tanggal 3 Desember 2020, UYM lewat media sosial instagramnya sempat merekomendasikan saham KAEF seiring datangnya vaksin pertama di Indonesia. Pada saat UYM merekomendasikan saham tersebut harganya diperdagangkan di level Rp 3.500 per saham.
baca juga: Saham Farmasi Wait and See Sampai Kapan? Ini Analisisnya
Dan seminggu kemudian di tanggal 8 Desember 2020 harga KAEF diperdagangkan di harga 4.810 per saham. Ini berarti hanya dalam waktu 7 hari saham KAEF telah mengalami peningkatan sebesar 27 persen. Bahkan pada tanggal 12 Januari 2021 harga saham KAEF telah menyentuh di level tertingginya di level Rp 6.975 per saham.
Bagaimana kondisi sahamnya sekarang? Saham KAEF saat artikel ini ditulis diperdagangkan di harga Rp 3.040 Artinya sudah lebih rendah di banding saat UYM mulai merekomendasikan saham tersebut di instagram. Apakah UYM masih pegang saham tersebut atau sudah menjual?
Sayangnya dari awal UYM di media sosialnya juga tidak menyebutkan beli saham KAEF di harga berapa dan bagaimana posisi dia sekarang apakah masih pegang saham KAEF atau sudah dia jual? Hal ini berbeda saat beliau pegang saham BRIS dan mengumumkan telah menjual sebagian tersebut di mana dia umumkan di instagram miliknya.
Dan bagaimana nasib masyarakat yang mengikuti rekomendasi UYM membeli saham KAEF? Kalau masuknya saat UYM baru merekomendasikan dan dijual seminggu setelahnya, tentu untung besar. Tapi kalau masuknya telat dan beli di harga tertinggi, dan saat ini belum dijual, tentu mengalami potential loss yang sangat besar.
Nah kira-kira bagaimana pergerakan saham KAEF ke depan? vinansia tidak menyarankan untuk masuk ke saham KAEF. Meskipun kalian niatnya untuk spekulasi, saat ini momentumnya sudah hilang.
Dan kemungkinan besar saham ini akan terus turun sampai valuasinya sudah cukup wajar di mana Per nya dihargai maksimal di angka 20 kali, bukan ratusan kali seperti di harga saat ini.
3. PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA)
November tahun lalu tepatnya tanggal 7 November 2020, UYM merekomendasikan saham GIAA. Seperti biasa dalam merekomendasikan saham, UYM tidak menjelaskan ke masyarakat apakah dia sudah beli lebih dulu saham GIAA?
Kalau pegang di harga berapa dia belinya. UYM waktu itu hanya merekomendasikan masyarakat untuk investasi di saham GIAA tanpa menjelaskan beli di harga berapa dan kapan harus jual saham tersebut.
Kalau kita lihat tanggal 7 November 2020 itu bertepatan dengan hari sabtu. Berarti kita pakai harga saham GIAA di harga penutupan hari Jumat di harga Rp 242 per saham.
Seperti biasa harga saham yang telah direkomendasikan oleh UYM pergerakannya langsung naik secara signifikan di mana puncaknya pernah menyentuh di harga Rp 462 per saham di tanggal 21 Desember 2020.
Itu artinya kalau masyarakat membeli saham GIAA saat UYM mulai merekomendasikan sahamnya dan menjualnya pada bulan desember 2020, masyarakat tadi mendapatkan profit yang lumayan besar.
Dengan kenaikan lebih dari 60 persen. Tapi kalau masuknya telat, misalnya baru masuk di bulan Desember 2020 di mana harga sahamnya masih di atas Rp 400 dan saat ini masih pegang sahamnya, tentu mengalami potensi kerugian. Karena saat artikel ini ditulis harga sahamnya diperdagangkan di harga Rp 370 per saham.
Lalu bagaimana kinerja saham GIAA ke depan? Tim vinansia sendiri terus terang tidak merekomendasikan saham GIAA untuk dijadikan investasi. Alasannya GIAA tidak disokong oleh fundamental yang kuat. Beban hutangnya terlalu besar dan bahkan modalnya pun saat ini sudah minus.
Sehingga mau tidak mau Pemerintah akan kembali menyuntikan modal ke GIAA lewat skema surat utang yang wajib dikonversikan ke saham senilai Rp 8,5 triliun. Dan apakah setelah disuntik modal oleh Pemerintah kinerjanya akan bagus? Kita tunggu saja.
Kalau memang GIAA ke depan bisa perform dengan menunjukan profit yang konsisten sehingga mampu membayar hutang dari keuntungannya sendiri mungkin sahamnya bisa kita lirik. Tapi untuk saat ini lebih baik kita wait and see terlebih dahulu sampai manajemen GIAA terbukti mampu mereformasi perusahaan tersebut.
4. PT PP Properti Tbk (PPRO)
UYM mulai merekomendasikan saham ini pada tanggal 2 Desember 2020 lewat instagram miliknya. Pada tanggal 2 Desember 2020 harga saham PPRO diperdagangkan di harga Rp 109 per saham.
Seperti biasa, ketika UYM mulai merekomendasikan saham pilihanya beberapa hari setelahnya harga saham tersebut langsung naik.
Tercatat lima hari setelahnya tepatnya pada tanggal 7 Desember 2020 saham PPRO sempat menyentuh di level Rp 119 per saham. Bagaimana kondisi sahamnya saat ini? Harga saham PPRO diperdagangkan saat artikel ini ditulis di level Rp 77 per saham.
Yang artinya harga sahamnya mengalami penurunan yang cukup besar jika kita bandingkan saat UYM mulai merekomedasikan pada awal desember 2020.
5. PT Wijaya Karya Tbk (WIKA)
UYM mulai merekomendasikan saham ini bersamaan dengan PPRO di awal desember 2020. Harga WIKA saat UYM merekomdasikan berada di level Rp 1.855 per saham.
Setelah UYM merekomendasikan saham WIKA pergerakannya langsung mulai menanjak di mana pada puncaknya di tanggal 15 Januari 2021 harganya sempat menyentuh di level Rp 2.360.
Bagaimana kondisi sahamnya sekarang? Saat ini harga WIKA diperdagangkan di level Rp 1.615 per saham. Artinya harganya mengalamj penurunan saat UYM mulai merekomdasikan saham tersebut.
Bagaimana kira-kira kinerja saham WIKA ke depan?
Tim vinansia melihat WIKA masih punya prospek yang bagus jika anda bertujuan untuk investasi jangka panjang. Pada dasarnya WIKA punya fundamental yang bagus.
Setiap tahun laba bersihnya terus mengalami pertumbuhan. Sehingga jika kondisi ekonomi mulai pulih dan proyek infrastruktur kembali dikebut tentu akan berdampak positif ke kinerja keuangan WIKA ke depan.
Dan untuk harga saat ini di level Rp 1.615, kami menilai masih tergolong wajar. Tapi alangkah lebih baik kalau bisa dapat harga di bawahnya dengan P/BV di bawa satu kali.
6. PT MNC Kapital Indonesia Tbk (BCAP)
UYM mulai merekomendasikan saham ini pada tanggal 19 Januari 2021 lewat video di akun instagramnya. Di tanggal tersebut harga BCAP diperdagangkan di harga Rp 185 per saham. Sama seperti saham saham lain yang direkomendasikan UYM, sehari setelahnya saham ini naik menjadi Rp 190 per saham.
Akan tetapi kenaikan di saham ini hanya bertahan sehari karena setelah tanggal 21 Januari 2021 harga saham BCAP terus bergerak turun.
Bagaimana kondisi saham BCAP sekarang? Pada penutupan perdagangan hari ini (23/3), harga saham BCAP berada di level Rp 111 per saham.
Ini artinya saham BCAP mengalami penurunan yang cukup drastis jika di bandingkan dengan harga saat UYM mulai merekomendasikan saham ini.
Lalu bagaimana dengan kinerjanya ke depan? Terus terang, vinansia tidak tertarik pada saham BCAP karena kinerja perusahaanya tidak menarik.
7. PT Media Nusantara Citra Tbk (MNCN)
Rekomendasi saham group MNC lain dari UYM adalah MNCN. Saat UYM merekomendasikan saham ini pada tanggal 20 Januari 2021 harganya berada di level Rp 1.220 per saham.
Setelah UYM memberi rekomendasi, seperti biasa, sehari setelahnya sahamnya langsung naik menjadi Rp 1.230 per saham.
Namun sama seperti BCAP, kenaikan sahamnya tidak berlangsung lama karena setelah itu terus bergerak turun. Dan pada perdagangan hari ini (23/3) harga saham MNCN ditutup di level Rp 1.035 per saham.
Lalu bagaimana dengan kinerjanya ke depan? Tim vinansia menilai saham MNCN adalah saham yang punya fundamental paling baik di banding saham group MNC yang lain. Saham MNCN bisa dipilih untuk investasi karena punya fundamentalnya yang solid.
Di saat krisis seperti saat ini laba bersihnya hanya mengalami penurunan sedikit. Setiap tahun MNCN juga konsisten mencetak laba dengan Net Profit Margin lebih dari 20 persen.
Hanya tantanganya ke depan adalah munculnya media sosial seperti youtube dan instagram yang bisa memakan kue iklan dari media media konvensional.
Tetapi sejauh ini, kalau kita lihat laporan keuangan MNCN munculnya youtube belum terlalu berdampak bagi kinerja MNCN. []